“Bebas Dakwah Islam Zaman Sekarang” Benarkah?!!
Hanin Mazaya
Sabtu, 6 Agustus 2011 12:02:16
Ucapan di antara tanda kutip diatas adalah ungkapan yang sering
kita dengar dari mayoritas para dai dan fuqaha zaman yang tampil di
hadapan umat dan menjadi panutan mereka. Bebas yang mereka maksudkan
adalah keleluasaan tanpa pelarangan dan pengintaian serta penindasan
atau tekanan dan jerat hukum orang-orang kafir yang berkuasa sekarang.
Bila ucapan itu menunjukkan terhadap sesuatu, maka ia itu menunjukkan
terhadap raibnya pemahaman laa ilaaha illallah dan konsekuensinya dari
benak orang-orang itu serta raibnya tabiat dakwah tauhid dari pemahaman
mereka.
Kita beriman bahwa apa yang Allah ta’ala kabarkan kepada kita di
dalam wahyu Al Qur’an maupun Al Hadits adalah haq, sedangkan Dia telah
mengabarkan di dalam firman-Nya bahwa para penyeru dakwah Islam itu
selalu disakiti dan ditentang:
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِّن
قَبْلِكَ فَصَبَرُواْ عَلَى مَا كُذِّبُواْ وَأُوذُواْ حَتَّى أَتَاهُمْ
نَصْرُنَا وَلاَ مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللّهِ
“Dan sungguh benar-benar telah didustakan para rasul sebelummu, maka
mereka bersabar terhadap pendustaan dan penindasan yang terjadi atas
diri mereka sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Dan tidak ada
seorangpun yang bisa mengganti ketentuan-ketentuan Allah…” [Al An'am:
34]
Di dalam ayat ini Allah ta’ala mengabarkan kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau mengalami penentangan dan
gangguan kaumnya bahwa semua rasul terdahulu juga sama didustakan dan
disakiti terus mereka bersabar sampai Allah ta’ala datang dengan
pertolongan-Nya. Dan Allah ta’ala kabarkan bahwa itu adalah sunnatullah
dan ketentuan-Nya yang tidak akan berubah atau diganti.
Dan inilah yang dipahami Waraqah bin Naufal yang hanif yang membaca
Kitab samawi terdahulu di zaman jahiliyyah, dimana saat Rasulullah
pertama kali mendapatkan wahyu, Khadijah radliyallahu ‘anha membawanya
kepada saudara sepupunya yaitu Waraqah. Rasulullah menceritakan apa yang
dialaminya kepada Waraqah, kemudian ia berkata, “Ini adalah Namus
(Jibril atau Wahyu) yang pernah turun kepada Musa dan Isa,” terus ia
berkata: “Seandainya aku masih muda saat engkau diusir oleh kaummu,
tentu aku akan membelamu dengan pembelaan sepenuhnya”. Maka Rasulullah
kaget dan berkata: “Apakah mereka akan mengusir saya?” Waraqah berkata
dengan pancaran ilmu akan tabiat dakwah tauhid: “Tidak seorangpun datang
dengan membawa seperti apa yang engkau bawa melainkan pasti disakiti
dan dimusuhi.” [HR Al Bukhari]
Dan itulah yang terjadi saat beliau mulai menjaharkan dakwah tauhid
di Mekkah, penentangan, hinaan, sikap menyakiti, penindasan, perencanaan
pembunuhan dan gangguan lainnya, padahal sebelumnya beliau digelari Al
Amin, dan perlu diingat bahwa di awal Islam belum ada kewajiban shalat
lima waktu, zakat, shaum, haji dan lainnya, namun yang ada adalah tauhid
dan kesiapan diri untuk berserah diri kepada ajaran Allah ta’ala yang
terus turun dan loyalitas kepadanya serta berlepas diri dari segala yang
menyelisihinya. Dan hal-hal itu juga dialami para sahabatnya…
Allah ta’ala berfirman tentang makar orang-orang kafir:
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ
كَفَرُواْ لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ
“Dan (ingatlah) tatkala orang-orang kafir membuat makar terhadapmu
untuk melumpuhkanmu atau membunuhmu atau mengusirmu.” [Al Anfal: 30]
Melumpuhkan dengan melukai atau memenjarakan atau membekukan aset dan
kekayaan agar aktivitas dakwah lumpuh…
Membunuh baik terang-terangan maupun dengan diam-diam
Mengusir untuk menjauhkan masyarakat dari pengaruhnya baik dengan
pengasingan, deportasi atau penjatuhan nama baiknya agar pengaruhnya
terusir dari masyarakat…
Karena dakwah tauhid ini dianggap memecah belah tatanan hidup
masyarakat dan bangsa yang sudah berjalan selama ini. Para malaikat
mensifati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
محمد فرق بين الناس
“Muhammad itu memecah belah diantara manusia.” [HR Al Bukhari]
Menjelaskan tauhid yang benar akan membuat masyarakat ini terbelah,
antara yang menerima dan yang menentang. Ini adalah sunnatullah yang
dihadapi para penerus dakwah rasul, karena para ulama adalah pewaris
nabi, bukan mewarisi hartanya, tapi mewarisi dakwahnya dan
konsekuensinya serta bebannya….
Ulama Rabbani dan penyeru tauhid yang haq akan mengalami berbagai
perlakuan buruk dari fir’aun-fir’aun negeri zaman ini dan
aparat-aparatnya, karena para duat tauhid yang haq akan selalu mengajak
manusia tunduk kepada Allah dan hukum-Nya serta mengajak mereka berlepas
diri dari para thaghut dan hukumnya, ideologinya dan falsafah negara
kafirnya, dan mendidik umat untuk siap sedia berkorban di jalan Allah
dalam menghadapi barisan fir’aun yang durjana.
Dengan dakwah semacam itu dan kejadian-kejadian yang menimpa para
penganut dan penyerunya, terjadilah kejelasan pemilahan antara anshar
tauhid dengan anshar thaghut, dan itulah makna ucapan Malaikat “Muhammad
itu memecah belah diantara manusia”. [HR Al Bukhari] Dan jelas pula
hakikat tauhid di mata manusia, sehingga tidak ada kesamaran.
Sungguh penjaharan dakwah tauhid di hadapan manusia adalah mashlahat
yang tidak ada mafsadah sedikitpun selagi orang yang menjaharkan itu
istiqomah saat mendapatkan resikonya, dan kematian diatasnya adalah
keberuntungan besar dan kesyahidan. Sungguh semua orang bertauhid dan
menuntut para penguasa untuk menegakkan hukum Allah, kemudian mereka
dibunuhin semuanya oleh penguasa thaghut karena menolak hukum Allah itu,
maka itu lebih baik dan lebih beruntung daripada mereka hidup nyaman
aman sentosa di bawah payung hukum thaghut. Bukankah Allah ta’ala dalam
kisah pembunuhan massal muwahhidin Ashhabil ukhdud oleh penguasa kafir.
Allah mengatakan: ذَلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيرُ
“Itulah kemenangan yang sangat besar.” [Al Buruj: 11]
Dakwah tauhid menuntut untuk menjelaskan kepada manusia perihal
kemusyrikan sistem pemerintahan yang ada, kekafiran demokrasi dan
undang-undang buatannya serta penganutnya, kethaghutan ideologi yang
dianut penguasa ini, keharaman loyalitas kepada pemerintah kafir ini,
kewajiban berlepas diri darinya, kewajiban membenci dan memusuhinya yang
merupakan millah Ibrahim, sebagaimana firman-Nya:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ
إِنَّا بُرَاء مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا
بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاء أَبَدًا
حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَه
“Sungguh telah ada suri tauladan yang baik pada diri Ibrahim dan
orang-orang yang bersamanya saat mereka berkata kepada kaumnya:
Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian
ibadati selain Allah, kami ingkari (kekafiran) kalian, dan telah nampak
antara kami dengan kalian permusuhan dan kebencian selama-lama sampai
kalian beriman kepada Allah saja.” [Al Mumtahanah: 4]
Sedangkan Dia memerintahkan kita untuk mengikuti millah Ibrahim ini:
فَاتَّبِعُواْ مِلَّةَ
إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا
“Maka ikutilah millah Ibrahim yang lurus.” [Ali Imran: 95]
Dan hanya orang bodoh dan dungu saja yang tidak menyukai millah
Ibrahim ini:
وَمَن يَرْغَبُ عَن مِّلَّةِ
إِبْرَاهِيمَ إِلاَّ مَن سَفِهَ نَفْسَهُ
“Dan tiada yang membenci millah Ibrahim kecuali orang yang telah
memperbodoh dirinya sendiri.” [Al Baqarah: 130]
Ya orang bodohlah yang mengorbankan tauhid yang merupakan modal pokok
untuk meraih surga dengan keridlaan thaghut penguasa yang memberikan
kesenangan semu di dunia yang menggiring masuk neraka kelak.
Dakwah tauhid yang haq menuntut si dai menjelaskan kepada masyarakat
bahwa taat dan loyalitas kepada penguasa kafir ini adalah biang kerugian
dunia dan akhirat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوَاْ إِن تُطِيعُواْ الَّذِينَ كَفَرُواْ يَرُدُّوكُمْ عَلَى
أَعْقَابِكُمْ فَتَنقَلِبُواْ خَاسِرِينَ
“wahai orang-orang yang beriman bila kalian mentaati orang-orang yang
kafir tentu mereka mengembalikan kalian ke belakang kalian (yaitu
kekafiran), sehingga akhirnya kalian kembali dalam keadaan rugi.” [Ali
Imran: 149]
Karena menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin yang kepadanya
diberikan ketaatan dan loyalitas adalah kontradiksi dengan makna iman
kepada Allah, Nabi-Nya dan Kitab-Nya:
وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ
بِالله والنَّبِيِّ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاء
“Dan seandainya mereka itu beriman kepada Allah, Nabi dan apa yang
diturunkan kepadanya tentu mereka tidak menjadikan orang-orang kafir itu
sebagai para pemimpin.” [Al Maidah: 81]
Serta hal-hal pokok lainnya yang berkaitan dengan terapan tauhid pada
dunia realita.
Bagaimana kiranya dengan duat tauhid semacam itu, apakah akan
dipersilahkan leluasa tampil di podium-podium masjid milik pemerintah
ini, leluasa tampil di televisi-televisi yang ada, atau leluasa mengisi
khutbah-khutbah jum’at dengan misi itu di masjid-masjid umum sekalipun?
Atau justeru tempat-tempat pengajiannya justeru diawasi, diinteli dan
diupayakan untuk ditutup karena membahayakan fir’aun negeri dan
sistimnya? Atau tempat-tempatnya di sel-sel penjara dan kuburan, bahkan
di penjara juga tidak bisa leluasa dakwah tauhid yang haq apalagi di
masjid dan pesantrennya, karena diantara larangan narapidana yang
tertulis di dinding diantaranya adalah dilarang menyebarkan ideologi
yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 45 dan dilarang
mempertentangkan Pancasila…. Bagaimana bisa leluasa sedangkan masjid dan
pesantrennya adalah di bawah payung pembinaan bimpas lapas, sedangkan
pembinaan resmi lapas itu adalah berdasarkan Pancasila…. Subhanallah…
seolah Pancasila-lah yang menciptakan negeri ini….
Jadi bebaskah pak kiyai, pak ustadz dan para dai menyampaikan dakwah
tauhid yang haq itu?
Memang bebas bagi selain tauhid… bebas bagi majelis dzikir… bebas
bagi kajian fiqh… bebas bagi ceramah apapun selama tidak menyinggung
hal-hal tadi… bebas bagi dai-dai penipu umat… bebas bagi juru ceramah
penjilat penguasa… bebas bagi orang-orang terlaknat yang menyembunyikan
al haq saat umat sangat membutuhkannya… Sedangkan orang-orang yang
mengatakan ucapan “bebas dakwah Islam zaman sekarang tidak seperti zaman
Rasul dulu” adalah tidak lepas dari tipe dai penipu atau penjilat atau
terlaknat.
Bagaimana tidak disebut penipu umat orang yang menampilkan para
penguasa murtad dalam tampilan ulil amri yang wajib taati di hadapan
umat.
Bagaimana tidak dikatakan penipu umat orang yang menyampaikan kepada
umat bahwa demokrasi dan Pancasila itu sesuai dengan Islam….
Sungguh menampilkan barang busuk dalam tampilan yang baik dan indah
adalah penipuan. Rasulullah bersabda:
من عش فليس منا
“Barangsiapa menipu, maka ia bukan dari (golongan) kami.” [HR Muslim]
Hadits ini perihal penipuan barang dagangan, maka bagaimana dengan
penipuan dien dan tauhid?!!
Bagaimana tidak disebut penjilat penguasa orang yang tidak pernah
mengomentari kekafiran, kemusyrikan dan kerusakan serta kezaliman
penguasa dan sistimnya yang nyata nampak, dan justeru cenderung
membenarkannya atau mengudzurnya, tapi bila ada saja ada tindakan
orang-orang muwahhidin yang tidak sejalan dengan dia baik itu benar
secara syar’iy atau hal ijtihadiy atau kekeliruan yang motivasinya
ghirah kepada dien maka dia penuhi mulutnya dan ceramah atau khutbahnya
dengan pengingkaran dan hujatan seolah ia pembela Islam haqiqiy….
Dan bagaimana tidak terlaknat orang yang memposisikan diri sebagai
dai dan penyeru ajaran Islam tapi dia tidak menyampaikan permasalahan
tauhid yang realitas yang sangat sangat mendesak untuk dijelaskan kepada
umat karena banyak umat terjerumus ke dalam hal-hal yang menggugurkan
tauhid dan keislamannya tanpa mereka ketahui yang menjerumuskan ke dalam
neraka. Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا
أَنزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِن بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ
لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلعَنُهُمُ اللّهُ وَيَلْعَنُهُمُ
اللَّاعِنُونَ إِلاَّ الَّذِينَ تَابُواْ وَأَصْلَحُواْ وَبَيَّنُوا
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah Kami
turunkan berupa bukti-bukti yang nyata dan petunjuk setelah Kami
menjelaskannya kepada manusia di dalam Al Kitab, mereka itu adalah
dilaknat Allah dan dilaknat oleh semua yang melaknat. Kecuali
orang-orang yang bertaubat, melakukan perbaikan dan menjelaskan….” [Al
Baqarah: 159-160]
Sedangkan permasalahan tauhid adalah permasalahan yang paling pertama
dan paling gamblang dijelaskan di dalam Al Kitab (Al Qur’an) yang tidak
tersamar kecuali terhadap orang yang buta hati dan berpaling. Allah
ta’ala berfirman:
وَكَذَلِكَ نفَصِّلُ الآيَاتِ
وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ
“Dan begitulah, Kami menjelaskan (secara rinci) ayat-ayat itu (supaya
jelas jalan orang-orang mu’min) dan supaya jelas juga jalan orang-orang
kafir.” [Al An’am: 55]
Sedangkan realita yang dihidupi oleh semua umat dalam setiap waktunya
adalah pertanyaan mendesak yang butuh jawaban segera walau mereka tidak
menanyakan dengan lisan, karena setiap hari ada umat yang mati yang
bisa jadi membawa dosa syirik dan kekufuran, baik sebagai aparat hukum
atau orang yang loyal kepada hukum dan pemerintah kafir ini atau
kekufuran lainnya …
Bila tauhid yang haq itu disampikan kepada umat, maka wujud realita
ucapan Malaikat “Muhammad itu memecah balah diantara manusia”, itu akan
nampak buktinya di tengah umat, dimana umat akan terpecah menjadi dua
kelompok, yaitu umat yang menerima tauhid lagi berlepas diri dari
thaghut dan pemerintahannya, dan kelompok yang menolak tauhid lagi loyal
kepada thaghut dan pemerintahannya…
Dan para thaghut pun akan menyikapinya sebagaimana sikap fir’aun
kepada dakwah Musa ‘alaihissalam:
إِنَّ هَؤُلَاء لَشِرْذِمَةٌ
قَلِيلُونَ وَإِنَّهُمْ لَنَا لَغَائِظُونَ وَإِنَّا لَجَمِيعٌ حَاذِرُونَ
“Sesungguhnya mereka itu adalah benar-benar kelompok kecil. Dan
sesungguhnya mereka itu telah mengundang kegeraman kita. Dan
sesungguhnya kita benar-benar selalu waspada semuanya.” [Asy Syu’ara:
54-56]
Mereka adalah segelintir orang yang menghasut masyarakat untuk benci
dan anti pemerintah, sehingga semua harus waspada, jangan sampai
terhasut dan tercuci otaknya.
Atau tuduhan fir’aun bahwa itu ajakan untuk mengganti ideologi dan
merusak tatanan hukum dan masyarakat yang ada. Allah berfirman tentang
fir’aun:
إِنِّي أَخَافُ أَن يُبَدِّلَ
دِينَكُمْ أَوْ أَن يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ
“Sesungguhnya aku takut dia mengganti dien (hukum/ideologi/ajaran)
kalian atau menampakkan kerusakan di bumi (Mesir) ini.” [Al Mu’min: 26]
Mereka ingin kita tinggalkan hukum dan ideologi warisan pendiri
negara dan menggantinya dengan hukum Islam saja sehingga menyakiti anak
bangsa yang beragama non muslim…. Subhanallah…. Kenapa benci kepada
hukum Islam? Sungguh orang yang dihatinya ada sebesar debu keimanan
tentu dia ingin hukum Islam sajalah yang tegak di muka bumi ini walaupun
dia lemah dari mewujudkannya. Dan orang yang tidak suka hukum Islam
tegak di bumi Allah adalah orang kafir walaupun mengklaim masih muslim
dan rajin beribadah:
وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ
فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ
“Yang demikian itu dikarenakan mereka membenci apa yang telah Allah
turunkan, maka Allah menghapuskan amalan mereka.” [Muhammad: 28]
Sedangkan keterhapusan amalan hanyalah dengan syirik atau kekafiran:
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ
عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Sesungguhnya seandainya kamu berbuat syirik, tentu hapuslah
amalanmu.” [Az Zumar: 65]
وَمَن يَكْفُرْ بِالإِيمَانِ
فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُه
“Dan barangsiapa kafir terhadap keimanan, maka telah hapuslah
amalannya.” [Al Maidah: 5]
Atau tuduhan ingin merebut dan menggulingkan pemerintah, sebagaimana
ucapan fir’aun kepada Musa dan Harun ‘alahimassalam:
أَجِئْتَنَا لِتَلْفِتَنَا
عَمَّا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءنَا وَتَكُونَ لَكُمَا الْكِبْرِيَاء فِي
الأَرْضِ وَمَا نَحْنُ لَكُمَا بِمُؤْمِنِينَ
“Apakah kamu datang kepada kami supaya kamu memalingkan kami dari apa
yang kami dapatkan nenek moyang kami menganutnya dan supaya kekuasaan
di bumi ini milik kalian berdua?” [Yunus: 78]
Padahal Musa dan Harun ‘alaihimassalam tidak mengangkat senjata
kepada fir’aun….
Bagaimana pak kiyai, bagaimana pak ustadz?!!
Kami hanya mengajak bapak-bapak untuk menjelaskan hakikat tauhid yang
haq berikut kaitannya dengan realita kepada umat ini agar mereka
selamat di akhirat…. agar umat ini tersadar dari tertidurnya yang lama
akibat ulah dai-dai penipu dan penjilat…
Dan kalau anda tidak menganggap sistim dan pemerintahan ini telah
melanggar tauhid padahal anda memahami realita yang berjalan, maka anda
lebih butuh untuk kembali duduk mempelajari makna dan haqiqat laa ilaaha
illallah berikut pembatal-pembatalnya daripada pergi ceramah kesana ke
mari tanpa paham hakikat Islam yang diserukan itu sendiri, karena orang
yang tidak paham tidak mungkin bisa memahamkan orang lain, dan bisa jadi
malah merusak pemahaman itu sendiri, membuat umat makin parah sakit
pemahamannya seperti realita yang ada.
Anehkan bila orang-orang mengaku muslim dan mengaku iman kepada Al
Qur’an sebagai petunjuk, tapi realita mereka kebalikan dari itu dimana
UUD dan undang-undang buatan lainnya lah yang menjadi pedoman dan
rujukan serta berjanji setia kepadanya… Mereka tak menyadari bahwa itu
membatalkan keislaman mereka… kenapa? Karena banyak penceramah dan para
kiyai kondang tidak mempermasalahkan hal itu dan tidak mengingkarinya
padahal mereka ahli agama dan ahli Al Qur’an!!!
Para pewaris Nabi yang mendakwahkan tauhid Al haq dalam kondisi
negeri dan penguasa semacam sekarang ini adalah orang-orang tertindas
yang selalu diliputi kekhawatiran dan ketakutan dari tindakan buruk para
penguasa thaghut, karena dakwah tauhid itu bertolak belakang dengan
yang dianut penguasa dan barisannya yang memiliki kekuatan dan
kekuasaan, persis seperti rasa takut yang dialami kaum muslimin di
negeri fir’aun dan kaum muslimin di kota Mekkah saat awal Islam:
فَمَا آمَنَ لِمُوسَى إِلاَّ
ذُرِّيَّةٌ مِّن قَوْمِهِ عَلَى خَوْفٍ مِّن فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِمْ أَن
يَفْتِنَهُمْ
“Maka tidak beriman kepada Musa kecuali keturunan dari kaumnya diatas
rasa takut dari fir’aun dan para pembesar mereka dari menindas mereka.”
[Yunus: 83]
وَاذْكُرُواْ إِذْ أَنتُمْ
قَلِيلٌ مُّسْتَضْعَفُونَ فِي الأَرْضِ تَخَافُونَ أَن يَتَخَطَّفَكُمُ
النَّاسُ
“Dan ingatlah saat dahulu kalian berjumlah sedikit lagi tertindas di
bumi seraya kalian takut dari diculik oleh manusia….” [Al Anfal: 26]
Karena dakwah tauhid adalah dakwah yang menolak ketuhanan para
thaghut dan hukumnya, yang menghidupkan umat dan menggerakkan ghirah
keislaman mereka dalam ketundukkan kepada hukum Allah dan penolakan
selain hukum-Nya. Bukan dakwah yang menidurkan dan membius umat untuk
tetap pasrah menerima ketuhanan para pewaris sistim fir’aun….
Marilah kita bersama-sama menyadarkan pemahaman umat ini, tapi bila
tidak mampu maka janganlah membuat pengkaburan dien ini….
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada penutup para Nabi,
keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya sampai akhir zaman….
Segala puji hanya bagi Allah Rabbul ‘Alamin….